Bebek Mandarin (Aix galericulata) adalah bebek berukuran sedang yang memiliki kekerabatan dengan Bebek Kayu Amerika Utara. Bebek ini memiliki ukuran panjang 41-49 cm dan bentang sayap 65-75 cm.
Sang jantan memiliki paruh berwarna merah dan pola bulan berwarna putih di atas mata. Dadanya berwarna ungu dengan dua buah garis berwarna putih. Betina memiliki ciri yang mirip dengan betina bebek Kayu dengan cincin mata berwarna putih.
Bebek Mandarin dalam bahasa Mandarin Yuan-yang (鸳鸯), sering diceritakan dalam berbagai seni Oriental dan merupakan simbol kesetiaan dalam hubungan pernikahan.
Untuk bahan makanan:
Bebek Peking (bahasa Mandarin: 北京烤鸭, pinyin: beijing kaoya) adalah makanan tradisional di Tiongkok yang berasal dari Beijing.
Makanan bebek Peking ini juga ditemui di Taiwan, dibawa oleh pemerintahan nasionalis Kuomintang yang kalah perang saudara dan mundur ke Taiwan tahun 1949.
Bebek Peking orisinal (bebek Peking di Beijing) dibuat menggunakan daging bebek khusus diternakkan untuk makanan ini. Bebek-bebek digemukkan dengan cara memberikan makanan bergizi, pada saat bebek-bebek kekenyangan, peternak-peternak mungkin saja memasukkan makanan ke dalam kerongkongan sang bebek secara paksa. Ini yang kemudian menjadikan bebek Peking juga dikenal dengan nama bebek isi.
Bebek tadi disajikan setelah dipanggang dengan kayu-kayu bakar khusus yang akan menentukan wangi atau tidak bebek yang dipanggang tadi.
Legenda pohon Catalpa
Alkisah, seorang pemuda bernama Han Ping, punya isteri yang cantik
bernama He Si. Karena kecantikannya ia dirampas oleh prajurit Kaisar
Kang. Sementara Han Ping dibuang ke perbatasan untuk kera paksa
membangun tembok kota.
Ketika He Si mendengar hal ini, ia menjadi sedih dan menulis syair
kepada suaminya. Sayang sekali suratnya jatuh ke tangan kaisar, yang
menyuruh orang terpelajar menterjemahkan maksud syairnya.
'Hujan tak putusnya' melukiskan duka nestapa dan tangis tak
berkesudahan.
'sungai begitu lebar dan dalam' berarti perpisahan dan sulit bertemu
lagi.
'matahari terbit dan jantung terbenam' menggambarkan kematian.
Singkat cerita, Hap Ping bunuh diri. Dan saking berduka, He Si
menuangkan cuka ke pakaiannya.
Dan waktu Kaisar mengajaknya ke menara istana, He Si terjun bebas
dari menara tinggi, dan mati. Di pinggangnya terselip surat,
yang menyatakan ia lebih suka mati bersama suaminya, dan permohonan
untuk dikuburkan berdampingan dengan suaminya.
Kaisar marah. Sengaja membuat kuburan mereka berhadapan dengan jarak
yang berjauhan, setelah mati pun tidak boleh bersama.
Tapi dari kedua kubur itu kemudian tumbuh tunas pohon catalpa. yang
semakin hari semakin membesar. Dalam satu tahun saja kedua pohon itu
sudah tumbuh sangat besar, dengan cabang cabang panjang seperti
tangan-tangan yang saling meraih, saling bertautan menaungi kedua
kuburan.
diatas pohon itu bersarang sepasan bebek mandarin yang setiap hari
menyanyikan lagu lagu sedih. Orang percaya sepasang bebek itu adalah
titisan Han Ping dan isterinya.
Sampai sekarang, ada sebuah kota bernama Han Ping di Sui Yang, dan
lagu rakyat tentang kisah tragedi Han Ping dan He Si masih populer
disana.
bernama He Si. Karena kecantikannya ia dirampas oleh prajurit Kaisar
Kang. Sementara Han Ping dibuang ke perbatasan untuk kera paksa
membangun tembok kota.
Ketika He Si mendengar hal ini, ia menjadi sedih dan menulis syair
kepada suaminya. Sayang sekali suratnya jatuh ke tangan kaisar, yang
menyuruh orang terpelajar menterjemahkan maksud syairnya.
'Hujan tak putusnya' melukiskan duka nestapa dan tangis tak
berkesudahan.
'sungai begitu lebar dan dalam' berarti perpisahan dan sulit bertemu
lagi.
'matahari terbit dan jantung terbenam' menggambarkan kematian.
Singkat cerita, Hap Ping bunuh diri. Dan saking berduka, He Si
menuangkan cuka ke pakaiannya.
Dan waktu Kaisar mengajaknya ke menara istana, He Si terjun bebas
dari menara tinggi, dan mati. Di pinggangnya terselip surat,
yang menyatakan ia lebih suka mati bersama suaminya, dan permohonan
untuk dikuburkan berdampingan dengan suaminya.
Kaisar marah. Sengaja membuat kuburan mereka berhadapan dengan jarak
yang berjauhan, setelah mati pun tidak boleh bersama.
Tapi dari kedua kubur itu kemudian tumbuh tunas pohon catalpa. yang
semakin hari semakin membesar. Dalam satu tahun saja kedua pohon itu
sudah tumbuh sangat besar, dengan cabang cabang panjang seperti
tangan-tangan yang saling meraih, saling bertautan menaungi kedua
kuburan.
diatas pohon itu bersarang sepasan bebek mandarin yang setiap hari
menyanyikan lagu lagu sedih. Orang percaya sepasang bebek itu adalah
titisan Han Ping dan isterinya.
Sampai sekarang, ada sebuah kota bernama Han Ping di Sui Yang, dan
lagu rakyat tentang kisah tragedi Han Ping dan He Si masih populer
disana.
Pada salah 1 Sutra (Agama Buddha):
"Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya." (Maha Karunacitta Dharani Sutra)
sumber: berbagai sumber
another sources:
No comments:
Post a Comment