Pemain Uni Emirat Arab, Theyab Awana, terancam hukuman akibat melakukan tendangan penalti dengan tumit saat membawa timnya unggul 6-2 atas Lebanon. Awana menjadi algojo saat timnasnya. Uni Emirat Arab, bertanding persahabatan dengan Lebanon di Abu Dhabi hari Minggu (17/7) lalu. Saat itu kedudukan 5-2 dan eksekusi Awana memastikan UEA menang dengan skor akhir 6-2. Ini dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap tim lawan.
Aksi Awana telah disaksikan oleh ratusan ribu orang lewat situs youtube. Dalam video tersebut, Awana yang mendapat kesempatan mengeksekusi penalti berlari ke arah bola pada laga Minggu 20 Juli 2011.
Pemain berusia 21 tahun itu melakukan penaltinya dengan cara yang tdak disangka-sangka. Berlari tak terlalu kencang, mendekati bola lalu ia memutar tubuhnya, dan kemudian menyentakkan bola dengan tumit. Bola yang mengarah pelan ke sisi kiri gawang gagal dibendung oleh penjaga gawang Lebanon yang sudah terkecoh & mati langkah.
Sebagian rekan-rekan Awana tertawa melihat aksi itu, sebagian pemain tim lawan terlihat "bungkam". Wasit memberinya kartu kuning, dan pelatih UEA, Srecko Katanec, menggantinya dengan pemain lain tiga menit setelah kejadian itu.
"Penalti ini, saya tidak suka. Kita harus menghormati pemain-pemain dari tim lain. Di kemudian hari, kita tidak tahu apa yang akan diberikan balik oleh sepakbola pada kita," Katanec mengungkapkan ketidaksenangannya.
"Ini tidak hormat. Dia pemain muda dan dia segera menyadari, dia melakukan kesalahan. Saya cuma ingin dia menunjukkan respek, tidak cuma di dalam tapi juga di luar lapangan."
Meski demikian tidak ada nada keberatan dari pihak lawan.
"Saya tidak merasa itu sebagai sebuah penghinaan," tukas pelatih Lebanon Emile Rustom, dikutip Dailymail. "Ini keputusan pribadi di pemain, dan tidak ada hubungannya dengan cara main UEA."
Sempat beredar kabar pula bahwa UEA akan melarang dia bermain untuk pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan India akhir pekan ini. Namun manajer tim, Esmaeel Rashed, menepis isu itu terutama setelah si pemain meminta maaf.
Si pemain tidak dicoret dari tim, tapi Katanec tetap diberi wewenang untuk memutuskan apakah akan menurunkannya ke lapangan atau tidak.
"Ini seharusnya tidak perlu terjadi," ujar manajer tim Uni Emirat Arab, Esmaeel Rashed, kepada harian The National. "Saya pikir apa yang terjadi adalah sebuah sikap yang tidak menghormati lawan," lanjutnya.
"Kami tidak bisa menerima siapa pun dari tim kami yang tidak menghormati tim lawan, orang-orang yang sedang bekerja, atau suporter," beber Rashed.
Menurut Rashed, manajemen timnya akan segera rapat untuk memutuskan nasib Awana yang langsung diganti setelah penalti tersebut. Kini, Awana menghadapi ancaman penalti dalam bentuk lain dari manajemen timnya.
"Kami bisa saja mengeluarkannya dari tim. Kami juga bisa memintanya untuk membayar denda," kata Rashed.
Menurut Rashed, Awana merasa menyesal atas kejadian itu. "Saya salah. Saya telah membuat kesalahan," katanya kepada Rashed.
Apapun, Awana paling tidak sudah mencetak namanya di internet. Video eksekusi penaltinya itu menjadi hit di dunia maya, dan diberi label sebagai tendangan penalti terbaik sekaligus tergila yang pernah ada.
"Ini tidak hormat. Dia pemain muda dan dia segera menyadari, dia melakukan kesalahan. Saya cuma ingin dia menunjukkan respek, tidak cuma di dalam tapi juga di luar lapangan."
Meski demikian tidak ada nada keberatan dari pihak lawan.
"Saya tidak merasa itu sebagai sebuah penghinaan," tukas pelatih Lebanon Emile Rustom, dikutip Dailymail. "Ini keputusan pribadi di pemain, dan tidak ada hubungannya dengan cara main UEA."
Sempat beredar kabar pula bahwa UEA akan melarang dia bermain untuk pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan India akhir pekan ini. Namun manajer tim, Esmaeel Rashed, menepis isu itu terutama setelah si pemain meminta maaf.
Si pemain tidak dicoret dari tim, tapi Katanec tetap diberi wewenang untuk memutuskan apakah akan menurunkannya ke lapangan atau tidak.
"Ini seharusnya tidak perlu terjadi," ujar manajer tim Uni Emirat Arab, Esmaeel Rashed, kepada harian The National. "Saya pikir apa yang terjadi adalah sebuah sikap yang tidak menghormati lawan," lanjutnya.
"Kami tidak bisa menerima siapa pun dari tim kami yang tidak menghormati tim lawan, orang-orang yang sedang bekerja, atau suporter," beber Rashed.
Menurut Rashed, manajemen timnya akan segera rapat untuk memutuskan nasib Awana yang langsung diganti setelah penalti tersebut. Kini, Awana menghadapi ancaman penalti dalam bentuk lain dari manajemen timnya.
"Kami bisa saja mengeluarkannya dari tim. Kami juga bisa memintanya untuk membayar denda," kata Rashed.
Menurut Rashed, Awana merasa menyesal atas kejadian itu. "Saya salah. Saya telah membuat kesalahan," katanya kepada Rashed.
Apapun, Awana paling tidak sudah mencetak namanya di internet. Video eksekusi penaltinya itu menjadi hit di dunia maya, dan diberi label sebagai tendangan penalti terbaik sekaligus tergila yang pernah ada.
No comments:
Post a Comment